PENDIDIKAN KRISTEN : Antara Sejarah Indonesia, Filsafat Marxisme dan Kerangka Berpikir Iman Kristen
Abad kesembilan belas
membuka lembaran sejarah kegemilangan di Jerman dengan kelahiran seorang tokoh
hebat dunia yang memiliki pengaruh kekal dan kuat terhadap sejarah kehidupan
manusia. Kekuatan pengaruh intelektualannya telah menjadi fenomena global abad
kedua puluh kerana gagasan pemikiran falsafahnya tidak hanya dijadikan sekadar
rujukan ilmiah saja, tetapi segala ide dan teori-teori Marxisme digerakkan
dalam bentuk tindakan yang realistik bersesuaian dengan keadaan. Tidak
heranlah, jika Karl Marx dianggap sebagai tokoh yang berpengaruh dalam sejarah.
Salah satu sumbangan besarnya adalah konsep perjuangan kelas yang menjadi awal
kepada kaum buruh untuk bangkit mempertahankan hak dan kebebasan mereka yang
mana terus menjadi ‘kuda tunggangan’ kaum yang memiliki modal. Lantaran itu, ajaran
Marxisme telah dijadikan pegangan perjuangan kaum buruh hampir di seluruh
dunia. Sebagai sebuah ideologi, Marxisme merupakan inspirasi bagi sebagian
besar gerakan pembebasan sosial dan berangsur- angsur menjadi gerakan politik
dan sosial di berbagai tempat dan negara.
Konsep “Historical
Materalism” dan “Dialectic Materialism” merupakan ideologi utama yang
melahirkan konsep kelas, hubungan antara kelas dan perjuangan kelas dalam
gagasan pemikiran Marxisme. Marx meneliti sejarah manusia dari dua aspek yaitu
pertama, faktor ekonomi yang memaparkan rangkaian tahap perkembangan ekonomi manusia
meliputi kaedah- kaedah mengeluarkan produk keperluan hidup dalam menentukan
segala perubahan kehidupan manusia. Kedua, faktor sosial dimana Marx
menggambarkan sifat manusia yang mampu berinteraksi. Namun faktor sosial tidak
lengkap tanpa berhubung terus dengan
faktor ekonomi karena kehidupan sosial manusia tidak akan bertahan lebih lama
melainkan manusia menghasilkan barang atau produk untuk memenuhi keperluan
hidup dan masyarakat sekelilingnya.
Berawal dari sebuah
gagasan baik untuk memenuhi keperluan hidup dan masyarakat maka timbul dua kaum
yang berbeda. Kaum buruh (proletariat) dan kaum yang memiliki modal (bourgeois),
dimana keduanya ditempatkan pada situasi untuk masing- masing memikirkan
tentang keuntungan dan kerugian dirinya berada di dalam kaumnya. Kaum yang
merasa di tindas adalah kaum buruh dan akhirnya mereka melakukan perlawanan
sengit untuk penyetaraan itu. Marx
mengamati hal ini dan meyerukan kepada kaum buruh untuk berjuang demi menguasai
alat produksi, karena hanya dengan cara itulah pekerja sebagai tenaga produktif bisa menentukan
sendiri apa yang ingin dihasilkannya dan dengan demikian tidak lagi akan
terasing dari hasil karyanya sendiri.
Fakta sejarah yang
ada di Indonesia sama halnya dengan yang dideskripsikan oleh Marx, diantaranya
adalah perang Maluku (1817). Bangsa portugis adalah bangsa Eropa pertama yang
berhasil menguasai Maluku pada tahun 1512, kemudian disusul oleh bangsa
Spanyol. Lalu disusul bangsa Inggris menguasi Maluku pada tahun 1811.
Berdasarkan Convention of London (1814), daerah Maluku diserahkan oleh Inggris
kepada Belanda. Belanda kemudian menerapkan praktek monopoli perdagangan di
Maluku, dan melakukan tindakan- tindakan lain yang sangat merugikan rakyat
Maluku. Diantaranya diadakan” pelayaran hongi” dan “ekstirpasi” yaitu
penebangan pohon pala dan cengkeh yang melanggar aturan monopoli.
Akibat penderitaan
yang dialami rakyat Maluku, maka timbullah reaksi dan perlawanan rakyat Maluku
pada tahun 1817 dibawah pimpinan Thomas Matulessy atau lebih dikenal dengan
nama Kapitan Pattirmura, seorang bekas sersan mayor pada dinas angkatan perang
Inggris. Pattimura dibantu oleh bebrapa pejuang lainnya anatara lain, Anthony
rhebok, Thomas Pattiwael dan seorang pejuang putri Christina Martha Tiahahu.
Setelaah terjadi pertempuran sengit akhirnya benteng Duurstede sebagai tempat
pertahanan belanda jatuh ke tangan rakyat Maluku. Kemenangan atas pemerintah
kolonial Belanda memperbesar semangat perlawanan rakyat sehingga perlawanan
meluas ke Ambon, Seram, dan pulau- pulau lain.
Perlawanan rakyat
terhadapa bangsa Eropa tidak hanya terjadi di daerah Maluku tetapi hampir
seluruh nusantara mengambil sikap untuk itu. Dalam hal ini Indonesia memiliki
kekayaan alam yang begitu mahal harganya,
jadi bangsa Eropa yang digambarkan sebagai kaum bermodal datang untuk
mengambilnya dan kemudian mempergunakan rakyat Indonesia di setiap daerah untuk
bekerja secara paksa agar dapat menghidupi bangsa mereka. Dari waktu ke waktu
bangsa Indonesia ingin memberontak dan berusaha memiliki haknya kembali tanpa
diperbudak. Marx menyarankan agar golongan buruh (proletariat) menakluki kaum pemilik modal agar mereka boleh
memanfaatkan kuasa politiknya untuk merampas semua modal dan memusatkan semua alat produksi di bawah kekuasaan negara golongan proletariat
sendiri. Ini dilihat sebagai usaha mereka untuk memusnahkan keistimewaan- keistimewaan
yang dimiliki oleh golongan bourgeois. Sisi lain dari semangat perjuangan yang
timbul oleh rakyat Indonesia ternyata di manfaatkan oleh beberapa pihak untuk
menggeruk keuntungan, dimana saat para penjajah pergi maka hasil bumi yang ada
akan dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.
Marx kemudian
melakukan penelitian lagi di Paris dan mengemukakan bahwa proses perubahan
sejarah bergerak melalui komunisme primitif, feudalisme, kapitalisme,
selanjutnya melalui sejarah sosialisme dan berakhir dengan komunisme. Setiap
transformasi sejarah tersebut dicapai melalui revolusi kaum buruh (proletariat)
yang mewakili inspirasi seluruh manusia.
Melalui revolusi, kebebasan bersifat “universal” akan dapat dicapai oleh kelas
buruh, sekaligus mewakili semua umat manusia yang mau melepaskan diri dari
belenggu perhambaan.
Marx menganggap bahwa
perlu adanya pembebasan dari sebuah belenggu yang mencengkram kaum buruh, tetapi
hal ini sangat bertolak belakang dari firman Tuhan. Tuhan Yesus yang datang di
bumi 2000 tahun lalu dengan tujuan menebus
dosa manusia dan rasa bersalah manusia terhadap ketidakmampuannya. Dalam hal
ini tergantung kepada iman orang percaya modern yang tidak boleh berkurang,
karena semua halnya tentang Yesus dilandaskan pada fakta sejarah. Fakta ini
membentuk sebuah landasan atas kerangka berpikir kristen yang Alkitabiah dan
filsafat sejarah Kristen. Marxisme menganggap bahwa manusia mampu membuat,
menentukan, merubah sejarahnya sendiri tetapi semua hal adalah sia- sia apabila
menilik dari prespektif sejarah yang
sesuai dengan kerangka berpikir Kristen. Allah tak pernah luput dari sejarah,
tidak hanya mengenai akhir kehidupan manusia yang berakhir dengan kemenangan
pada kekekalaan tetapi semua hal dari waktu ke waktu. Semua kejadian di bumi yang
dirasakan adalah cara Allah menunjukan
kasih setiaNya dan bentuk proses meraih kemenangan itu sendiri. Hal ini juga
menunjukan bahwa manusia juga berperan dalam sejarah, dimana manusia memiliki
kehendak bebas untuk tetap taat ataukah tidak taat.
Di dalam sejarah
indonesia memang benar rakyat yang beranggapan sebagai kaum buruh perlu
melakukan perlawanan dan menegaskan dirinya, bukanlah seorang hamba manusia
atau hamba suatu bangsa. Setiap dari kita tanpa terkecuali adalah hamba Allah
hidup dan seluruh perjalanan kehidupan
adalah untuk melayaniNya. Sedangkan mengenai tujuan yang dikemukakan oleh
rakyat untuk merebut tanah airnya sendiri dan dalam hal ini beberapa oknum
ingin menguasai sumber daya yang ada maka ini tidak dapat dikatakan benar.
Allah sendiri tetap memperhatikan kehendak bebas manusia tetapi hanya ketika
manusia bertindak berdasarkan ketaatan dapatlah ia mempengaruhi sejarah secara
positif. Tidak peduli bagaimana manusia memilih untuk berdampak terhadap sejarah,
Allah akan bekerja melalui tindakannya untuk mengarahkan sejarah menuju tujuan
akhirNya. Kesimpula akan segala sesuatunya adalah memahami, menerima, dan
mengikut Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan adalah sesuatu yang paling penting
dan dapat dilakukan mereka yang merasa tertindas. Orang yang bijaksana masih
tetap mencari Dia, dan atas alasan yang baik. Dia memberi makna terhadap
sejarah, dan pada kehidupan untuk kemuliaan namaNya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulah, T. 1996. Sejarah Lokal di Indonesia: Kumpulan Tulisan.
Gadjah Mada University Press:Yogyakarta
Badrika, I. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum, SMU kelas 2. Erlangga: Jakarta
Hasan, F. 1996. Pengantar Filsafat Barat. Citra Grafia:
Jakarta
Noebel, D. 2007. Perjuangan Untuk Kebenaran. YWAM Publishing
Indonesia: Jakarta
Brown, C. 2005. Filsafat dan Iman Kristen II. Momentum:
Surabaya


Komentar