Memilih untuk Mengasihi


PAPA dan KASIH

Nama saya Whitney Mega Priskila Talahatu, umur 19 Tahun. Saya memiliki seorang ayah yang sering dipanggil papa Edwyn dengan darah campuran Maluku, Arab. Saya memiliki seorang ibu yang sering dipanggil mama Mey dengan darah campuran juga Maluku, Yahudi. Berbicara mengenai kehidupan saya. Kehidupan saya selalu dipenuhi rasa untuk membenci dan rasa untuk membalas dendam pada awalnya, tetapi setelah mengenal Tuhan semuanya menjadi berbeda.Saya terlahir dari latar belakang keluarga broken home, sejak berumur 5 tahun papa memutuskan untuk meninggalkan kami dan selanjutnya tak mau ikut campur tangan lagi dalam kehidupan ini. Sedari kecil saya telah menjadi pribadi yang penuh dengan kemarahan dan emosi yang tak terkendali, bahkan saat menonton sebuah drama kelas di SMP mengenai perselingkuhan rasanya darah ini bergejolak hebat.  Kenyataan menuntut  saya untuk berpikir lebih selangkah dari teman- teman di sekitarku. Saat yang lain sedang sibuk untuk bermain petak umpet dan belum memiliki tujuan hidup, saya sudah siap dengan tujuan hidup yang salah. Saya ingin menjadi orang sukses agar mampu membuat papa menyesal karena pernah meninggalkan kami sekeluarga.Awal mula saya mengenal pribadi Yesus semenjak mama mau bertobat. Setelah melihat perubahan yang signifikan dalam kehidupan mama akhirnya saya mulai membuka diri menerima Tuhan Yesus masuk kehatiku.  Tuhan menjamah hati ini dan membuat saya lebih diperteguhkan untuk menerimaNya sebagai Bapa, Sahabat dan Juruselamatku. Sungguh banyak perubahan  sejak saya memutuskan menerima Yesus, Ia memberikan kasih seorang bapa, Ia menjelaskan arti hidup, Ia membuat diri  ini berharga dan tujuan hidup pun berubah untuk alat kemuliaan namaNya. Memahami diri yang adalah bukan milik saya lagi, tetapi Yesus yang berada di dalamnya, membuat saya berpikir dua kali untuk melakukan hal- hal di luar kehendakNya dengan tetap menjaga kekudusan.Menambahkan sedikit mengenai keluarga saya, saya juga memiliki tiga orang adik bernama Yehuda, Mikha dan Rafa sekaligus seorang nenek bernama Ribka. Kami telah menerima kristus, semuanya berawal dari mama yang mana hidupnya menjadi kesaksian bagi kami sekeluarga. Keluarga menjadi prioritas kedua bagiku setelah Tuhan. Keluarga adalah penopang, terlebih menjadi tiang doa bagi kesuksesanku di dalam hidup ini. Saya mengasihi mereka dan memiliki mimpi yang besar untuk membawa mereka melihat tanah perjanjian yaitu Isrel. Mengimani akan hal itu membuat kami sekeluarga bergandengan tangan menjadi keluarga yang melayani.Kalau hari ini saya ditanyakan mengenai hal terindah yang pernah terjadi di dalam hidup, maka jawabannya adalah saat Yesus menemukanku dalam semua rasa bersalah dan rasa sakit yang pernah ada. Dulu, saat papa tidak mau bertobat mampu membuat saya ingin memecahkan kepala di batu yang sangat besar tetapi sekarang ini, semakin papa menolak maka tak henti ku bawakan namanya di dalam doa dan pergumulan. Masih teringat betul jam 10 malam di bawah sinar bulan di belakang rumah, saya menengadah ke langit dan menceritakan rasa sakit ini kepada Tuhan. Layaknya curhat dengan seorang Bapa, saya menangis dan merasa sakit tak tertahankan di dada. Kemudian, semalaman air mata ini terus berguguran tetapi saya merasakan ketenagan yang begitu dalamnya. Mama melihat saya menangis dan beliau berdoa bersama dengan saya, beliau tahu tangan Tuhan sedang memulihakan hati yang hancur. Puji Tuhan sejak saat itu saya tak pernah sekalipun membenci papa, Tuhan memahami kepedihanku dan hati yang hancur tak Ia abaikan namun membalutnya dengan kasih.

Komentar