Refleksi Buku Respectable Sins

Dalam proses edit ulang. Maaf untuk beberapa ketidaknyamanan ini.
#Author

“ RESPECTABLE SINS ( DOSA – DOSA YANG DIANGGAP PANTAS ) ”

Judul                     : Respectable Sins ( Dosa – dosa yang dianggap pantas )
Pengarang             : Jerry Bridges
Penerbit                 : Pionir Jaya
Tahun terbit          : Cetakan III thn 2012
Kota terbit             : Bandung
Jumlah halaman   : 207 hlmn


ALASAN MEMBUAT REFLEKSI BUKU :

Buku ini adalah salah satu buku yang mampu membuat banyak dari kita enek melihatnya. Banyak dari kita yang sudah tidak menyukainya karena adanya keputusan dari pihak TC untuk mewajibkan menganjurkan kami membeli buku Respectable sins. Buku ini memang sudah menjadi pembicaraan yang bersifat negatif dari kami, tetapi seiring berjalannya waktu kami tahu semakin kami mencoba untuk tidak membacanya selalu saja ada moment dimana kami diharuskan membaca buku ini. Layaknya dengan kelas saya 12 IME1, Kami pernah medapat tugas penggati UTS untuk mata kuliah Bahasa Indonesia untuk membuat resensinya. Akhirnya buku yang masih di bungkus rapi dengan plastiknya telah disobek.
Gimana kalo kamu, ga… itu aja bab satu ampe bab tujuh ,kita bagi tiga ?”. Pada saat pembagiaan tugas untuk mengerjakan resensi kami membagi tugas dan setelah itu kami akan mengumpulkan intisari dari setiap bab untuk selanjutnya digabungkan menjadi paragraph yang utuh. Hasil kelompok kami memang yang paling tertinggi kami hampir medekati angka 100 % sempurna. Saya bersyukur akan nilai kami tetapi hal yang paling saya sayangkan adalah saya tidak membaca lebih lanjut mengenai bab lain.  Memang saya tak bisa lari dari buku ini dan akhirnya saya mendapat tugas ini, saya sedikit bingung cara membuat refleksi dari buku ini. Buku ini layaknya komik jepang yang sepertinya harus dibaca dari belakang ke depan sebab alurnya mundur, tetapi buku ini mebuat saya penasaran karena banyak jawaban dari bagian kelam hidup saya yang selama ini saya cari. Inilah dia pelajaran hidup yang saya dapat, setelah membaca buku Respectable Sins.
Setelah saya membaca buku ini, ada banyak hal yang saya peroleh. Layaknya hal yang sebenarnya sudah saya ketahui sebagai seorang manusia yang berdosa, tetapi tetap saja dunia yang saya tempati tidak mencap itu sebagai sesuatu hal yang salah. Saya akhirnya terbiasa melakukannya dan saya menganggap semua itu hal biasa. Memulai dari bab awal yang saya baca, jujur saya sangat tertegun dan tercengang. Pada bab awal dengan tema besarnya “ Orang – orang kudus pada umumnya ”, Pertama kali saya membaca tema ini banyak pertanyaan yang igin sekali saya lotarkan kepada si penulis, tetapi salah satunya adalah : Apakah Jerry akan mendeskripsikan ciri – ciri orang kudus secara umum ?. Saya membranikan diri untuk membaca setiap pendeskripsiaan di bab ini.
Pelajaran bab satu. Saya mendapati diri saya dengan semua perkataan yang tercantum dalam bab ini. “ perilaku yang tidak pantas bagi seorang kudus adalah dosa ”, saya selalu saja mendeskripsikan hidup saya sebagai seseorang yang begitu baik dan sangat takut akan Tuhan. Tetapi saya menyadari bahwa saya memiliki suatu lingkaran dosa, saya sagat sulit keluar dari lingkaran itu dan saya menyadari bahwa saya adalah orang berdosa dan belum mampu hidup kudus. Penulis memberikan analogi yang membuat saya sadar bahwa ternyata saya ditempatkan di dunia ini bukan suatu kebetulam semata. Analogi mengenai para perwira US yang sedang dilatih untuk mengenali kekurangan diri mereka dan setelah itu mengubahnya. Banyak peraturan di Camp para perwira itu yang menekankan mereka untuk taat pada peraturan dan menjauhi pelanggaran. Saya begitu penasaran dan saya mulai membacaya lebih jauh lagi untuk membuka bab kedua.
Pelajaran bab kedua. Saya kembali tersadar akan diri saya yang berdosa tetapi perlahan – lahan bab ini mengantarkan saya tentang pemikiran manusia zaman ini yang berusaha mennutupi makna dosa itu sendiri. Banyak dosa yang diperhalus maknanya agar setiap manusia dapat melakukannya dan memberi takar sendiri tentang dosa yang ia lakukan. Salah satu pendeskripsiaan jerry tentang dosa adalah dengan cara mengilustrasikan pihak A yang melakukan dosa perzinahan, dan pihak B menontonya selanjutnya membicarakannya kepada orang lain.  Jerry menyatakan bahwa dosa sendiri dapat melahirkan dosa dan semua dosa itu setara tidak ada yang namanya dosa besar ataupun dosa kecil.
Pelajaran bab ketiga. Bab yang dibuka dengan analogi lagi, jerry menegaskan bahwa dosa layaknya kanker yang sewaktu – waktu dapat mebunuh. Saya mengerti akan satu hal bahwa dosa mampu menguasai setiap fase hidup, saat yang seharusnya menjadi moment untuk mempermuliakan nama Tuhan telah di pergunakan dosa untuk mempermalukan diri sendiri. Bukan hanya seperti itu, dosa mampu melukai hati orang lain yang ada disekitar kita.
Pelajaran bab keempat. “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.” ( Yesaya 43 : 25). Saya menyadari Tuhan begitu sangat mengasihi saya dan setiap manusia. Tuhan bahkan rela memberikan anaknya yang tuggal untuk mengeluarkan saya dan setiap manusia dari lingkaran dosa yang seharusnya saya pikul sendiri ketika penghakiman nantinya. Saya belajar dari dua tokoh yang sangat dipakai Tuhan yaitu John Newton dan Paulus yang mengerti artinya pertobatan dan mau melakukan pembaharuan budi dari hari lepas hari tanpa pernah meragukan kemampuan Tuhan untuk membantu mereka. Saya juga belajar tentang kerendahanhati dua pribadi ini, mereka mampu mengatakan bahwa mereka juga tidak terlepas dari pengaruh dosa kedagingan tetapi mereka menyebut diri mereka dalam ekspetasi lain yaitu “ saya adalah orang yang paling berdosa diantara orang –orang kudus lainnya”.
Pelajaran bab kelima. Ini mungkin merupakan bab favorit saya dimana saya mengetahui bahwa kita yang sudah memiliki keinginan hati untuk bertobat dan kembali dari jalan yang salah itu dan jelas saya masih melakukan aktivitas dosa itu. Akhirnya kita mempertanyakan “ Apakah benar saya terbebas dari ikatan dosa dan injil telah menuntun say untuk berubah ? ”. Saya mengerti bahwa Allah adalah pemegang otoritas tertinggi atas hidup saya dan sekalipun dosa berkuasa atas hidup saya roh kudus mampu memenagkan saya sebagai pribadi yang telah terbebas dari dosa asalkan kita mau mengaku kepada Tuhan bahwa kita butuh tuntunanNya.
Pelajaran bab keenam. Pada bab ini di jelaskan tahapan untuk menangani dosa, dijabarkan setiap tahapannya. Tahap yang pertama, saya harus menyelesaikan dosa saya secra injili, saya harus mampu meerima diri saya sebagai manuisa biasa dan mempercayakan hidup saya sepenuhnya ditangan Tuhan. Tetapi saya juga sebagai manuisa harus berusaha untuk mematikan keinginan daging saya, dan saya harus menempatkan motivasi saya yang benar. Tahap kedua, berserah sepenuhnya pada roh kudus dengan setiap hari meminta tuntuanNya.Tahap ketiga, saya yang sudah bergantung sepenuhnya pada roh kudus memberdayakan diri saya untuk mejauh dari semua dosa. Tahap keempat, minta tuntunan roh kudus untuk menegnali bidang spesifik dari dosa –dosa yang dimaklumi. Tahap kelima, saya harus mampu menempatkan ayat – ayat alkitab yang tepat terhadap dosa saya. Selanjutnya, tumbuhkan kebiasaan berdoa dan libatkan satu atau beberapa orang percaya untuk membicarakan semuanya.
Pelajaran bab tujuh sampai dengan bab keduapuluh. Pada setiap bab dijabarkan dosa – dosa yang selalu saya geluti satu persatu walaupun selalu merasa semua itu tak pernah dijalani. Kefasikan suatu cermin dari sikap diri seseorang yang ingin terlihat sangat baik dimata semua orang, saya juga mengakui satu hal bahwa saya tidak pernah ingin menyakti hati siapapun dengan tingkah laku saya dan saya ingin berusaha mengikuti jalan Tuhan tapi saya lupa bahwa kalau tidak meminta tuntunan Tuhan semua itu sia – sia. Saya meyadari semua tindakan itu akan berbuah kefasikan. Kegelisahan dan frustasi, inilah dosa yang sering saya lakukan kegelisahan akan suatu perkara dalam hidup. Saya sangat senang meragukan kemampuan Tuhan dan berusaha mempergunakan kemapuan saya sendiri untuk menyelesaikan perkara itu. Saya tersadar bahwa Tuhan ada untuk mencukupi saya jadi untuk apa saya takut ?. Ketidakpuasan dan tidak bersyukur, semua itu berasal dari diri yang tidak pernah mensyukuri apapun berkat Tuhan. Saya adalah salah satu manusia yang sangat sering mengeluh karena bentuk fisik ini dan semua orang di luar sana yang mungkin belum mengenal dengan jelas akan mengatakan saya sangat PD. Tetapi mereka salah, saya tidak lebih dari seseorang yang tidak pernah puas akan hidup.
Kesombongan, Saya menyadari sifat inilah adalah bagian yang paling mendasar dalam diri ini. Saya selalu merasa diri sebagai orang yang paling baik diantara yang lain, padahal semua itu adalah kebohogan belaka. Semua penghargaan yang ada bukan membantu saya menjadi pribadi yang lebih baik melainkan menjadi pribadi yang sombong. Paradigma saya diubahkan ternyata semua yang kita perbuat haruslah kembali untuk kemuliaan nama Tuhan saja. “ Jangan pernah mencoba mencuri sedikitpun kemuliaan Tuhan”.
Keegoisan, saya selama ini selalu merasa memberikan diri saya untuk mebantu orang lain bahkan untuk merelakan waktu bagi mereka adalah hal yang sudah lumrah. Tetapi saya menyadari semua itu adalah keegoisaan saya yang akan menjerumuskan dia ke jalan yang salah dan mengajarkan dia tentang dosa keegoisan juga. Kurangnya pengendalian diri, saya akhirnya menyadari bahwa dengan pengendalian diri yang tepat bahkan memapukan kita untuk tidak berbuat dosa. Saya mulai membuka kembali ingatan masa lamapu, dan mengingat bahwa seandianya saat itu saya lebih mengendalikan diri mungkin semua itu tidak akan melahirka dosa yang lain lagi. Tidak sabar dan mudah marah, kemarahan, rumupt – rumput liar kemarahan, kebanyakan dari semua itu adalah bagian dari diri saya. Sekalipun saya berusaha memolesnya seperti memakai make up tetapi tetap saja terlihat. Menghakimi, iri hati, cemburu, dan dosa lainnya, semuanya itu karena kita berusaha melihat saudara seiman kita dan berusaha menemukan kejelekannnya. Dosa – dosa lidah, ini merupakan dosa yang paling sering dilakukan mausia dan semua dosa dapat dianalisis dari semua perkataan seoarang manuisa itu. Saya tahu membicarakan orang lain adalah kegiatan sehari – hari manuisa, tetapi menyadari hal itu sebagai pembicaraan yang negatif sebenarnya harus diperbaharui. “ Jaganlah ada perkataan kotor yang keluar dari mulutmu ( Efesus 4 :29 )”.
Lalu apa selanjutnya yang harus saya lakukan kedepannya ?. Saya medapati jawabannya disni bahwa saya harus mereungkan keberdosaa saya dan meminta tuntuan roh kudus untuk terhidar dari dosa. Dengan bersandar kepada Tuhan adalah hal yang terbaik yang sehaurusnya saya lakukan, karena Tuhan mampu mengubah hidup saya. Mengkhususkan waktu “ Alone with God ” adalah hal selanjutnya saya lakukan sebagai manusia berdosa yang mau bersandar padaNya.



Komentar