RINGKASAN BAB V (Buku Batu Loncatan Kurikulum)


PEMBELAJARAN DAN KURIKULUM

Pendidik Kristen Comenius ( 1592 – 1670 ) telah mengakui bahwa pedagogi dan kurikulum terjalin erat. Pedagogi (ilmu mendidik) dan kurikulum sangat erat hubungannya Pelaksanaan kurikulum tidak hanya gagal bila melalaikan pedagogi, tetapi keputusan-keputusan kita tentang pedagogi akan mempengaruhi isi serta struktur kurikulum kita. Pengetahuan isi pedagogis merupakan bidang keahlian para guru dan membuat pembelajaran di sekolah berarti.
Sebagai guru, haruslah berusaha untuk menjadi para pemandu dan penasehat yang dipercayai bagi para siswa. Kita ingin hadir di hadapan para siswa dengan cara – cara yang penuh perasaan namun berwibawa. Kita menyusun rangkaian pelajaran sehingga para siswa menanggapi kegiatan belajar tersebut dengan penuh makna. Untuk itu, perlu memahami pengertian akan sifat manusia bagi seluruh kelas.
Setiap siswa adalah citra Allah. Mereka harus mengetahui tentang rancangan Allah akan hidup mereka tanpa terkecuali. Mereka memiliki hubungan dengan Allah yang sangat erat. Hubungan mereka dengan Allah inilah yang akan menuntun mereka untuk melayaniNya dalam segala aspek kehidupannya. Dalam kegiatan pembelajaran pun harus begitu bahwa semuanya adalah karena motivasinya untuk kemuliaan nama Tuhan saja. Sebagai guru Kristen pembelajaran harus lebih menekankan bukan hanya pada materi tetapi kepada proses pengenalannya akan pribadi Yesus. Siswa yang telah mengetahui akan kebaikan Tuhan akan secara sendirinya memiliki motivasi belajar untuk lebih bertanggung jawab dan senang hati mengerjakannya. Tidak ada lagi yang namaya : Motivasi untuk berhala – berhala duniawai yaitu materi atau hedonisme, atau jabatan dan sebagainya.
Allah menciptakan semua manusia dengan karunia yang unik serta pengalaman yang berbeda – beda. Jadi untuk itu perlu kita sebagai guru merangkul masing – masing dari mereka dalam kasih Yesus dan menerapkan pembelajaran yang berangkat dari pengalaman mereka. Hal ini perlu diketahui sekolah bahwa prinsip yang penting adalah bahwa kurikulum mendorong para siswa umtuk bermanfaat menjadi gambar – gambar Allah yang unik, responsif dan bertanggung jawab dalam konteks penumbuhkembangan.
Adapun setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda. Dalam menanggapi suatu hal mereka tidak semuanya memiliki metode yang sama dalam hal ini. Guru sangat berperan lebih disini sebagai penunutn yang mamempukan semua siswa untuk belajar secara efektif. Tidak semua siswa akan mampu menyesuaikan diri dengan gaya belajar yang berbeda – beda setiap kali berada di dalam kelas. Tetapi dengan ini siswa akan belajar untuk lebih fleksibel lagi dalam memandang sesuatunya.
Semuanya itu tidak terlepas dati fase belajar tersebut.
·         Menentukan tingkatan ( titik awal ) atau menyiapkan, lebih bagus yang berdasarkan pengalaman kehidupan nyata.
·         Penyingkapan atau menampilkan situasi, masalah, konsep atau keterampilan dengan cara yang lebih formal.
·         Perumusan kembali atau penguatan kembali melalui pengungkapan dengan cara lain, pengaturan dengan system ( sistemisasi ), perwakilan atau latihan.
·         Transenden atau tanggapan untuk menerapkan pembelajaran dengan cara – cara yang berbeda -, kreatif dan baru membuat pilihan – pilihan dan komitmen.
Masing – masing fase pembelajaran meilbatkan siswa untuk lebih aktif. Tentu saja tidak ada siswa yang benar – benar cocok dengan gaya belajar manapun, tetapi sebgaian besar lebih kuat dalam satu atau dua daripada yang lain. Menggunakan irama fase itu membantu menjaga kesimbangan rencana pembelajaran. Guru tidak akan berlebihan menekankan isi akademis yang sempit maupun penentuan tujuan pribadi.
Guru perlu mengingat lapisan-lapisan perkembangan kumulatif dari Egan yaitu mengenai pemahaman primer di mana anak-anak dapat banyak belajar tentang kehidupan dan nilai-nilai melalui latar cerita, pemahanan romantik di mana para siswa senang menguasai isi yang terperinci dan ketrampilan-ketrampilan dalam konteks naratif yang berdasar nilai, dan pemahaman filosofi di mana para siswa mencari tempat mereka di dalam masyarakat dan untuk jaringan sebab-akibat yang berhubungan dengan maksud dan tujuan serta arti dari kehidupan. Dalam lapisan-lapisan ini, pembelajaran para siswa dipertinggi memalui kegiatan-kegiatan yang memperkuat tanggapan perorangan murni dan kesempatan pelayanan.
Jika hanya ada satu kesimpulan untuk perencanaan kurikulum sehingga kita menarik dari pandangan alkitabiah akan pengetahuan dan orang – orang, maka : kurikulum itu harus mempertimbangkan bahwa para siswa, sebagai citra unik Allah, memerlukan kesempatan – kesempatan untuk belajar dan menaggapi apa yang mereka pelajari dengan cara – cara berarti dan pribadi. Sebagai guru perlu melakukan beberapa hal diantaranya :
·         Membedakan pembelajaran
·         Pembelajaran melalui tanggapan pribadi
·         Memperagakan pembelajaran
·         Pembelajaran melalui pelayanan
·         Pembelajaran dalam masyarakat
·         Serta pembelajaran yang mengikutsertakan kepala dan hati
Kurikulum harus memasukkan strategi belajar yang mencerminkan pandangan alkitabiah akan pengetahuan dan orang. Ini semua meliputi pembelajaran yangberbeda, tanggapan perorangan, strategi metakognitif, memamerkan pembelajaran, belajar melayani, dan membentukkonteks komunitas kelas yang otentik untuk belajar.







DAFTAR PUSTAKA
Van Brummelen, H. (2008). Batu Loncatan Kurikulum. Tanggerang :Universitas Pelita Harapan.



Komentar