Kekasih Sejati


Sebuah kesaksian hidup ..
untuk Yehuda, Angel, Rafa semoga kalian mengalami pengalam iman ini juga
untuk Mama dan Nenek yang selalu memberikan pelajaran dan nasehat hidup yang tak ternilai harganya
untuk semua pembaca yang merupakan pribadi yang paling dikasihiNya.
Selamat natal 25 Desember 2015

Hasil gambar untuk lovely couple

Selama ini saya mencari sebuah jawaban yang sulit untuk ditemukan. Saya selalu bertanya kenapa begitu sulit membangun kehidupan pribadi yang benar dengan Tuhan. Satu lagi hal yang tak dapat saya pahami kenapa Tuhan tidak memberikan seorang pasangan untuk diri ini yang membutuhkannya untuk membangun relasi yang harmonis. Kemarin saya berdoa dan berbicara dengan Tuhan, menatap ke langit.
Beriringan dengan refleksi ini saya mendapat jawaban dari Roh Kudus tentang setiap pertanyaan yang selama ini digumulkan. Percaya atau tidak saya menghabiskan waktu di bangku perkuliahan untuk menggumulkannya. Terlepas dari mama yang sering memberi masukan dan mungkin tidak sempat mendoakan hal- hal penting semacam ini atau memang selalu ada waktunya Tuhan.
Refleksi ini pun dimulai..
Teringat betul bahwa dulu saya yang begitu biasa saja meninggalkan sebuah bekas bagi beberapa teman kecil semasa sekolah menenga pertama (SMP). Saat duduk di kelas VII SMP banyak teman- teman perempuan yang sudah begitu memperhatikan penampilan, tutur kata serta cara memperlakukan lawan jenis. Sedangkan, saya masih berkutat dengan beberapa teman yang sering bermain ke rumah tanpa alasan yang jelas. Salah satunya : Frengky, dalam pemikiranku ia hanya seorang teman kecil yang tidak bisa melebihi sebuah batas hubungan pertemanan. Bersyukur karena selalu ada seorang Pribadi yang selalu mengawasiku, dan membimbing langkahku untuk tidak memikirkan semua hal duniawi pada umur yang semuda itu.
Saya menyadari bahwa, dulu setidaknya mereka tertarik karena sebatas kagum. Kata beberapa teman, diri ini dulu adalah pribadi yang manis, ramah, cukup pintar dan tidak menjadi pemilih saat berteman. Mungkin menurut beberapa teman kecilku, inilah syarat yang tepat untuk membangun sebuah relasi yang mereka impikan yaitu, cinta monyet. Hanya saja setiap pertanyaan dan kata- kata manis yang mereka tawarkan tidak sejalan dengan keinginan saya dulu. Bahkan semasa itu tidak pernah beripikir memiliki pria idaman.
Saya yang dulu, selalu membuat list di dinding kamarnya yang terbuat dari triplek. Semuanya tertera dengan begitu detail bahkan hampir disemua buku dan kepada beberapa orang ia ceritakan impiannya untuk digumulkan. Memang Ega kecil menomor sekiankan topik cinta monyet itu dan sebagai orang tua nenek saya sadar akan hal itu. Inilah kesempatan baginya untuk memberikan nasehat guna kehidupan saya kedepannya. Nenek Ika, adalah salah satu orang tua yang berhasil di dunia ini karena nyatanya hingga sekarang Tuhan masih membantu saya untuk menyimpan nasehatnya di long term memory. Nasehat bahwa hendaknya saya tidak tergoda oleh lelaki manapun di dunia ini kecuali seseorang yang telah Tuhan sediakan adalah jauh lebih penting.
Memori sebelum menginjak masa SMA....
Seorang lagi teman kecilku pada detik- detik akhir masa SMP melakukan sebuah hal romantis di kelas seni budaya siang itu. Saat itu Leo memegang tanganku dan meminta untuk membangun relasi cinta monyet dengannya. Setelah semua kejadian beberapa tahun lalu tersusun rapi diingatan. Kini kembali di otak, saya tergelitik dengan pengakuan tidak bijak saat itu.

“Apa yang dipikirkannya untuk menjadikan Ega kecil sebagai seorang pacar?
Apa yang akan dibicarakan saat nantinya mereka duduk bersama?
Apakah tentang sebuah keluarga bahagia atau berapa anak yang akan dianugerahi Tuhan nantinya?

Syukurlah, Saya dengan begitu polosnya hanya menjawab kecil : “Saya tidak mendengar apapun, Leo!”. Seakan- akan Leo mempergunakan bahasa alien di mars dan tidak mampu menguraikan maknanya. Hari inilah titik tumpunya, saya yang sedang melakukan kebohongan yang akan menyelamatkan kehidupannya hingga umurnya yang ke 20 tahun ini.
Sulit dipercaya bahwa saya yang dulu,  tidak memiliki siapapun dipikirannya selain satu hal yang pasti. Dia begitu tergila- gila dengan seorang Pribadi yang selalu memberinya kedamainan, kepandaian, kelincahan, dan kemampuan untuk bermimpi tinggi, yaitu Yesus. Tidak terhitung berapa kali saya menyempatkan waktu untuk menyembah-Nya, ditambah setiap waktu ia berbicara dengan menatap langit dan memanggil Kekasih Sejatinya. Semua semakin jelas dengan keteguhan hati saya yang dulu dengan iman yang memampukannya tetap berada di jalur yang Tuhan rancangkan.
Setelah refleksi panjang ini ...
Akhirnya saya dapat melihat masa kejatuhan diri ini saat duduk di bangku SMA. Saya terbuai dengan relasi cinta monyet, walaupun tak pernah berpacaran dengan siapupun namun semuanya menjadi suram karena hasrat sementara. Hatinya sudah terbagi dua dan “apakah Yesus cemburu?”. Kala itu impian saya masih terpampang rapi di list tersebut, namun diriku lupa akan satu hal penting yaitu sang pemberi dan sumber segala sesuatunya. Dialah Kekasih sejatiku yang mengetahui bahwa dihatiku sudah tak ada lagi Yesus. Seorang manusia yang merupakan ciptaan semu, menawarkan kasih yang kosong dan menutut balas.
Saya yang bingung dan merasa kosong terus hidup hingga Tuhan mengantarkanku ke UPH Tangerang. Tuhan tetap menepati janjiNya sekalipun saya tidak setia dan menduakan kasihNya yang tulus. Selama empat tahun disini, saya menggumulkannya. Jatuh bangun namun tetap saja nihil. Ternyata kehampaan itu bukan karena saya selalu menyembah Tuhan tapi karena saya mendua dari- Nya.
24 Desember 2015, terjawab sudah semua pergumulan ini. Tuhan bukakan kepada saya untuk saatnya kembali kepada Kasih yang Sejati. Kalau seandainya motivasi saya menyembah diriNya hanya untuk merealisasikan list impian saja, artinya Yesus tak perlu datang ke dunia ini dan menebusku. Yesus ingin saya mengasihi diriNya sebagai Kekasih Sejati dengan apa adanya, bahkan saat semuanya tampak sulit untuk dihadapi.
Terima kasih Tuhan sudah menyadarkanku..
Saya paham, kalau seandainya diri ini terus berada di Ambon maka tidak akan ada pengalaman iman ini. Zona nyaman saya adalah di Ambon bersama keluarga, Tuhan mau mendidik saya untuk tetap mengasihi diriNya sekalipun tidak bersama orang tua yang menasehati setiap saat.  Tuhanlah yang memegang kendali hidupku, maka saya nyatakan pernyataan cinta tulus kepada Tuhan Yesus Kristus. Ya Dialah, Kekasih Sejatiku yang ingin kembaliku peluk hingga kembali ke pangkuanNya. Jangan biarkan saya pergi lagi Kekasih Sejatiku. Saya bersyukut diingatkan oleh Roh Kudus untuk membaca Kidung Agung, kitab yang kitab yang dituliskan saat seorang manusia sudah memahami betul kasih dari sang mempelai yang merindukan hatinya.

#Semoga Memberkati#



Komentar