Sebuah kesaksian
hidup ..
untuk Yehuda,
Angel, Rafa semoga kalian mengalami pengalam iman ini juga
untuk Mama dan
Nenek yang selalu memberikan pelajaran dan nasehat hidup yang tak ternilai
harganya
untuk semua
pembaca yang merupakan pribadi yang paling dikasihiNya.
Selamat natal 25
Desember 2015
![Hasil gambar untuk lovely couple](https://img1.etsystatic.com/016/1/6325406/il_fullxfull.462196671_qkuu.jpg)
![Hasil gambar untuk lovely couple](https://img1.etsystatic.com/016/1/6325406/il_fullxfull.462196671_qkuu.jpg)
Selama
ini saya mencari sebuah jawaban yang sulit untuk ditemukan. Saya selalu
bertanya kenapa begitu sulit membangun kehidupan pribadi yang benar dengan
Tuhan. Satu lagi hal yang tak dapat saya pahami kenapa Tuhan tidak memberikan
seorang pasangan untuk diri ini yang membutuhkannya untuk membangun relasi yang
harmonis. Kemarin saya berdoa dan berbicara dengan Tuhan, menatap ke langit.
Beriringan
dengan refleksi ini saya mendapat jawaban dari Roh Kudus tentang setiap
pertanyaan yang selama ini digumulkan. Percaya atau tidak saya menghabiskan
waktu di bangku perkuliahan untuk menggumulkannya. Terlepas dari mama yang
sering memberi masukan dan mungkin tidak sempat mendoakan hal- hal penting
semacam ini atau memang selalu ada waktunya Tuhan.
Refleksi ini pun
dimulai..
Teringat
betul bahwa dulu saya yang begitu biasa saja meninggalkan sebuah bekas bagi beberapa
teman kecil semasa sekolah menenga pertama (SMP). Saat duduk di kelas VII SMP banyak
teman- teman perempuan yang sudah begitu memperhatikan penampilan, tutur kata
serta cara memperlakukan lawan jenis. Sedangkan, saya masih berkutat
dengan beberapa teman yang sering bermain ke rumah tanpa alasan yang jelas. Salah
satunya : Frengky, dalam pemikiranku ia hanya seorang teman kecil yang tidak
bisa melebihi sebuah batas hubungan pertemanan. Bersyukur karena selalu ada
seorang Pribadi yang selalu mengawasiku, dan membimbing langkahku untuk tidak
memikirkan semua hal duniawi pada umur yang semuda itu.
Saya
menyadari bahwa, dulu setidaknya mereka tertarik karena sebatas kagum. Kata beberapa teman, diri ini dulu adalah pribadi yang manis, ramah, cukup pintar dan
tidak menjadi pemilih saat berteman. Mungkin menurut beberapa teman kecilku, inilah syarat yang tepat untuk membangun sebuah relasi yang mereka impikan
yaitu, cinta monyet. Hanya saja setiap pertanyaan dan kata- kata manis yang
mereka tawarkan tidak sejalan dengan keinginan saya dulu. Bahkan semasa
itu tidak pernah beripikir memiliki pria idaman.
Saya yang dulu, selalu membuat list di dinding kamarnya yang terbuat dari triplek.
Semuanya tertera dengan begitu detail bahkan hampir disemua buku dan kepada
beberapa orang ia ceritakan impiannya untuk digumulkan. Memang Ega kecil menomor
sekiankan topik cinta monyet itu dan sebagai orang tua nenek saya sadar akan hal
itu. Inilah kesempatan baginya untuk memberikan nasehat guna kehidupan
saya kedepannya. Nenek Ika, adalah salah satu orang tua yang berhasil di
dunia ini karena nyatanya hingga sekarang Tuhan masih membantu saya untuk
menyimpan nasehatnya di long term memory.
Nasehat bahwa hendaknya saya tidak tergoda oleh lelaki manapun di dunia ini
kecuali seseorang yang telah Tuhan sediakan adalah jauh lebih penting.
Memori
sebelum menginjak masa SMA....
Seorang
lagi teman kecilku pada detik- detik akhir masa SMP melakukan sebuah hal
romantis di kelas seni budaya siang itu. Saat
itu Leo memegang tanganku dan meminta untuk membangun relasi cinta
monyet dengannya. Setelah semua kejadian beberapa tahun lalu tersusun rapi diingatan. Kini kembali
di otak, saya tergelitik dengan pengakuan tidak bijak saat itu.
“Apa yang dipikirkannya
untuk menjadikan Ega kecil sebagai seorang pacar?
Apa yang akan
dibicarakan saat nantinya mereka duduk bersama?
Apakah
tentang sebuah keluarga bahagia atau berapa anak yang akan dianugerahi Tuhan
nantinya?”
Syukurlah,
Saya dengan begitu polosnya hanya menjawab kecil : “Saya tidak mendengar apapun, Leo!”. Seakan- akan Leo mempergunakan
bahasa alien di mars dan tidak mampu menguraikan maknanya. Hari
inilah titik tumpunya, saya yang sedang melakukan kebohongan yang akan
menyelamatkan kehidupannya hingga umurnya yang ke 20 tahun ini.
Sulit
dipercaya bahwa saya yang dulu, tidak memiliki siapapun dipikirannya selain satu hal
yang pasti. Dia begitu tergila- gila dengan seorang Pribadi yang selalu
memberinya kedamainan, kepandaian, kelincahan, dan kemampuan untuk bermimpi
tinggi, yaitu Yesus. Tidak terhitung berapa kali saya menyempatkan waktu
untuk menyembah-Nya, ditambah setiap waktu ia berbicara dengan menatap langit
dan memanggil Kekasih Sejatinya. Semua semakin jelas dengan keteguhan hati
saya yang dulu dengan iman yang memampukannya tetap berada di jalur yang Tuhan
rancangkan.
Setelah
refleksi panjang ini ...
Akhirnya saya dapat melihat masa kejatuhan diri ini saat duduk di bangku SMA. Saya terbuai dengan relasi cinta monyet, walaupun tak pernah berpacaran dengan siapupun namun semuanya menjadi suram karena hasrat sementara. Hatinya sudah terbagi dua dan “apakah Yesus cemburu?”. Kala itu impian saya masih terpampang rapi di list tersebut, namun diriku lupa akan satu hal penting yaitu sang pemberi dan sumber segala sesuatunya. Dialah Kekasih sejatiku yang mengetahui bahwa dihatiku sudah tak ada lagi Yesus. Seorang manusia yang merupakan ciptaan semu, menawarkan kasih yang kosong dan menutut balas.
Akhirnya saya dapat melihat masa kejatuhan diri ini saat duduk di bangku SMA. Saya terbuai dengan relasi cinta monyet, walaupun tak pernah berpacaran dengan siapupun namun semuanya menjadi suram karena hasrat sementara. Hatinya sudah terbagi dua dan “apakah Yesus cemburu?”. Kala itu impian saya masih terpampang rapi di list tersebut, namun diriku lupa akan satu hal penting yaitu sang pemberi dan sumber segala sesuatunya. Dialah Kekasih sejatiku yang mengetahui bahwa dihatiku sudah tak ada lagi Yesus. Seorang manusia yang merupakan ciptaan semu, menawarkan kasih yang kosong dan menutut balas.
Saya
yang bingung dan merasa kosong terus hidup hingga Tuhan mengantarkanku ke UPH
Tangerang. Tuhan tetap menepati janjiNya sekalipun saya tidak setia dan
menduakan kasihNya yang tulus. Selama empat tahun disini, saya menggumulkannya. Jatuh bangun namun tetap saja nihil. Ternyata kehampaan itu bukan karena saya
selalu menyembah Tuhan tapi karena saya mendua dari- Nya.
24
Desember 2015, terjawab sudah semua pergumulan ini. Tuhan bukakan kepada saya
untuk saatnya kembali kepada Kasih yang Sejati. Kalau seandainya motivasi saya
menyembah diriNya hanya untuk merealisasikan list impian saja, artinya Yesus tak perlu datang ke dunia ini dan
menebusku. Yesus ingin saya mengasihi diriNya sebagai Kekasih Sejati dengan apa
adanya, bahkan saat semuanya tampak sulit untuk dihadapi.
Terima kasih Tuhan sudah menyadarkanku..
Terima kasih Tuhan sudah menyadarkanku..
Saya
paham, kalau seandainya diri ini terus berada di Ambon maka tidak akan ada
pengalaman iman ini. Zona nyaman saya adalah di Ambon bersama keluarga, Tuhan
mau mendidik saya untuk tetap mengasihi diriNya sekalipun tidak bersama orang tua yang menasehati setiap saat. Tuhanlah yang memegang kendali hidupku, maka saya nyatakan
pernyataan cinta tulus kepada Tuhan Yesus Kristus. Ya Dialah, Kekasih Sejatiku yang
ingin kembaliku peluk hingga kembali ke pangkuanNya. Jangan biarkan saya pergi
lagi Kekasih Sejatiku. Saya bersyukut diingatkan oleh Roh Kudus untuk membaca
Kidung Agung, kitab yang kitab yang dituliskan saat seorang manusia sudah
memahami betul kasih dari sang mempelai yang merindukan hatinya.
#Semoga Memberkati#
Komentar