Kalau dia masih ada

KALAU DIA MASIH ADA !

(Kesaksian yang akan saya bagikan 31 Mey 2017 di Chapel guru SDH Daan Mogot)



Ega, Angel, Excel (di bawah). Alm. Yehuda (di atas)


Beberapa dari kita sering meneriaki orang yang bersedih untuk diam. Beberapa dari kita sering memarahi orang yang sedang bingung untuk bertingkah seakan tak ada apa- apa. Kehilangan bukanlah sebuah kesalahan, saya meyakini kehilangan adalah materi kajian penting dalam kehidupan kita orang percaya untuk menyadari betapa baik Tuhan.
Saya berasal dari keluarga yang dapat dikatakan sangat sederhana. Sedari kecil hanya mama yang berjuang. Kami berempat sudah ditanamkan pemikiran untuk tidak menuntut banyak hal bahkan tidak pernah terlintas bayangan membebankan mama lebih lagi. Sepatu sekolah yang sudah dipakai tahun ajaran sebelumnya bila belum rusak akan tetap dipergunakan lagi.
Hingga saya diberikan kesempatan Tuhan untuk melanjutkan kuliah di Tangerang. Begitu bersyukurnya saya hingga berpikir untuk membuat janji yang kemudian menjadi ancang- ancang bagi diri ini untuk belajar. Saya berjanji untuk membelikan sepatu dan kemeja baru bagi Yehuda bila Ia dapat sampai di semester 6 untuk mulai penelitian. Saya berjanji untuk membelikannya dengan gaji kedua. Yehuda adalah adik kedua saya, kami sangat dekat. Menurut mama, kami seperti memiliki keterikatan bahkan saat salah satu dari kami sakit atau menangis. Kami akan merasakan kesedihan tersebut bahkan dalam jarak yang jauh. Beberapa kali saya sudah buktikan itu dengan banyaknya kejadian. Kami saling memperhatikan bahkan Yehuda sering menyisihkan uang untuk membeli pulsa dan menelepon saya. Setiap ada masalah kami selalu berbagi, bahkan sejujurnya sebelum semua orang mengetahuinya. Yehuda adalah orang pertama untuk tahu dan memberikan banyak pendapat.
Pada malam 26 Maret 2016. Kami mahasiswa sedang berdoa bersama. Saya merasakan sakit dan secara emosional air mata ini mengalir begitu saja. Sesampainya di asrama saya menelepon Yehuda beberapa kali tapi tidak diangkat padahal malam sebelumnya dia masih menjawab walau tidak lama berbicara. Saya tidak terpikirkan apapun, hingga di pagi hari jam 4 (Mama menelepon saya dan kata mama Yehuda sudah dinyatakan meninggal beberapa jam sebelumnya. Saya sontak menangis dan kata mama Yehuda ingin berbicara. Saya terdiam, bingung dan mulai mengatur nafas. Yehuda berbicara tanpa ada satu katapun yang saya pahami dan Roh Kudus mengingatkan untuk mengampuninya saja.)

Yehuda kemudian tetap hidup hingga jam 10 pagi saat dia bertemu dengan papa kemudian meminta maaf dan meninggal. Saat itu saya hancur,  lemah, marah kepada Tuhan tetapi sekarang banyak hal yang diri ini pelajari. Salah duanya adalah untuk mengampuni setiap orang yang mungkin sudah melukai kita bahkan sangat dalam. Semenjak kepergian Yehuda, “adik saya Angel dan Excel” yang belum mengampuni papa akhirnya berkomitmen mengampuni papa, sesalah apapun dia. Urusan kita manusia bukan untuk memberi “label” tetapi berpikir dengan cara seperti apa memahami rencana Tuhan dalam diri seseorang. Terakhir saya belajar untuk tidak mengutamakan orang lain lebih daripada Tuhan. Saya selalu mengutamakan Yehuda bahkan motivasi untuk lulus, kerja serta gaji adalah untuk memenuhi janji tersebut. Saya akui bukan manusia kuat,  masih menangis dan kadang lemas saat mengingat perhatiannya tetapi sekali lagi belajar untuk menangis di dalam naungan Tuhan saja. Biar Tuhan yang ganti dukacita menjadi sukacita untuk hormat dan kemuliaanNya.

Komentar

Unknown mengatakan…
Tetaplah bertumbuh di dalam Kristus sobatku...

Dan teruslah jadi berkat dimanapun kamu berpijak...

Selalu andalkan Tuhan... Gbu

*mengucap syukur kepada Tuhan diberikan seorang sahabat sepertimu