IMAGO DEI" Pesan dari lagu PRETTY HURTS- Beyonce


Ini salah satu opini yang saya tulis karena membaca beberapa blog tentang operasi plastik. Saya juga pernah mendengar sharing dari seorang seorang hamba Tuhan tentang makna cantik abad 21.

Beberapa ibu zaman sekarang yang memiliki anak perempuan, begitu bangga jika anaknya disebut cantik dan banyak yang tertarik. Apalagi, jika memang dibuat menjadi cantik, dipoles, tanpa peduli pada pendidikannya, kesehatan moralnya dan sebagainya. Yang paling penting bisa dipamerkan. Ada yang bilang, isi otak tidaklah kelihatan, yang pertama kali tertangkap mata adalah penampilan. Tak perlu pintar asal bisa dandan. Tak perlu religious asal pakaian terurus. Begitulah.Para perempuan yang mati-matian menjadi cantik itu, ada yang menikmati usahanya, ada pula yang merasa semuanya sia-sia. Pemilik hati nurani sesungguhnya tak akan mereka-reka bentuk tubuhnya. Demi apa? Sebuah pujian? Jika pujian itu tak kunjung datang atau berkurang, sakit hatilah yang tertanggungkan. Seperti peremuan di atas sana itu, lihatlah. Ia berlenggak-lenggok, menampilkan segala kesakitan di tubuhnya. Tubuh yang dipaksa kurus, kaki yang dipaksa berjinjit, tulang yang dipotong atau disambung untuk mendapatkan bentuk ideal, alangkah menyakitkannya. Hanya demi memenuhi selera pasar yang kambuhan, ia rela melakukan segalanya. Dipikirnya, jika ia member apa yang pasar inginkan, ia akan bisa menguasai segalanya. Padahal, sekali mengubah sesuatu dan menangguk pujian, maka efeknya akan ketagihan. Pujian itu memabukkan, Kawan. Lihatlah para perempuan dan lelaki itu. Mereka mengubah apapun yang bisa diubah. Mencerahkan yang kusam, menutupi yang tak sempurna. Dan prosesnya menyakitkan. Padahal, permasalahan yang sesungguhnya bukanlah di tubuh kita, tetapi bagaimana kita menyikapi tubuh kita. Bersyukur atas apapun yang kita miliki dan menjaganya tetap baik sampai mati.Sekarang sedang musimnya para perempuan berukuran zero alias nol. Dada rata, pinggang dan pinggul ramping. Banyak yang berdiet mati-matian hanya untuk mengikuti tren itu, karena para perancang kenamaan banyak yang mendesain baju hanya untuk ukuran zero, lebih irit kain. Para lelaki yang justru membesarkan beberapa bagian tubuhnya. Semakin besar, semakin berotot, semakin bagus katanya. Bahkan, menurut selera model yang dipajang di majalah Vogue, semakin kurus, perempuan akan terlihat semakin cantik. Bukankah itu pemikiran yang berbahaya? Bukankah lebih baik terlihat biasa saja tapi sehat dan segar? Beberapa dari mereka berfikir, biarlah, toh hanya untuk sementara. Bisa diperbaiki jika sudah tiba masanya. Mumpung pasar sedang berselera, mereka berikan apapun yang mereka punya. Tak peduli sakitnya berlapar-lapar sepanjang hari, atau perihnya pisau bedah yang menggores pipi. Yang penting terlihat sempurna bagi mereka. Padahal, sudah ditakdirkan bahwa tak ada yang sempurna di dunia. Hal menyakitkan yang sesungguhnya bukanlah rasa sakit ketika prose situ. Hal yang menyakitkan sesungguhnya adalah karena dikejar tren, mereka harus menjalani semua itu. Tak ada dokter yang mampu menyembuhkan rasa tak percaya diri. Hanya diri kita yang mampu mengubah semua itu. Mental lah yang perlu diperbaiki. Jiwa lah yang perlu dibedah. Senyuman plastic tak kan membantu mencerahkan wajah jika tak keluar dari hati yang gembira. Kaca sebagus apapun tak kan memantulkan kecantikan yang sesungguhnya jika hati kita bermuram durja. Seluruh rasa sakit itu, akan muncul ketika kita sudah mencoba sekuat tenaga, menjalani semua prosedur menyakitkan demi penampilan yang sempurna, tapi tetap tak ada yang mau menerima kita apa adanya. Itu yang sangat menyakitkan. Renaungkanlah kembali saat engkau sendiri, saat engkau berbaring di ranjangmu, tinjau kembali apa tujuan dalam hidupmu. Berbahagialah dan bersyukurlah buat rancanganNya. Berbahagialah dengan tubuhmu dan apapun yang kau miliki, kita adalah gambar dan rupa Allah. Saat engkau berbahagia, maka kecantikan akan dengan sendirinya mengikutimu.

Komentar