Kala
itu mentari meninggi
Tapi
seorang anak duduk di pinggir jalan menyeka piring basah
Kala
itu mentari pergi
Tapi
seorang anak berdiri di samping parkiran menyeka mobil basah
Ia
memberi makan diri dan ibunya hanya sepiring nasi dan lauk terasi
Ia
menyuapi ibunya dengan air mata
Ia
disuapi ibunya dengan tangan gemetar tak bertenaga
Ia
masih kecil tak kenal penampilan
Hanya
tahu akan makan apa esok hari
Sudah
dewasa dan ia menyusun impiannya
Hanya
dengan satu tujuan, membalas dendam
Menyusun
setiap materi demi mendapat hati anak sang musuh
Menghidupi
diri hanya untuk menghadang langkah musuhnya
Semuanya
membuat ia hidup dengan kebencian
Kemunafikan
dan kedengkian
Ia
memainkan peran berarti, demi ...
Demi
balas dendam
Sadis
...
Kamu
yang membaca akan menertawakan hal sepele ini !
Ayahnya
dibuat bangkrut dan mati menggelepar di jalan
Ibunya
hendak diperkosa dan trauma hingga bisu
Adiknya
sakit dan mati di pelukannya
Entah
siapa yang salah dalam hal ini ?
Dunia
bahkan tak dapat memberi jawaban bijak
Mereka
tertipu dengan hal sementara dan tak berpikir matang
...........................
Akhirnya ia mati jua setelah membunuh musuhnya
dan terjun dari menara lantai enam
- Cerita selesai -
Kamu salah membenam akal dan pikirmu
Ikut mati bersama peran utama si pembenci yang bingung.
Solusinya ada !
Solusinya nyata !
Ia, ya dan amin..
Kenalah
Tuhanku, Ia memberimu kelegaan saat kamu panas hati
Kenalah
Tuhanku, Ia memberimu kesembuhan saat kamu sakit jasmani
Kenalah
Tuhanku, Ia memberimu sukacita saat kamu bingung mencari
Ia
adalah Tuhanku, Yesus Kristus.
Salam
saya, Whitney Mega
Yang terinspirasi dari sebuah
film lama yang tidak terlalu jelas penutupnya.
Menggantung tetapi membuat saya
berpikir keras, menemukan jawabannya.
Jawaban selalu ditemukan di dalam
DIA.
Komentar