PENDAHULUAN
Dewasa ini, banyak gereja yang mempersoalkan
tentang kepenuhan Roh kudus, bahkan seakan – akan gereja begitu berpatokan dan
mempertanyakan dirinya tentang hal ini.
Orang percaya tak lagi memahami tentang tujuan awal roh kudus
dicurakan kepada gereja yang mana untuk melayani dan mempertumbuhkan tubuh
kristus sehingga nama Tuhan yang dipermuliakan. Fokusnya sudah berbeda tentang
karunia yang Allah berikan sebab banyak yang telah terpengaruh dengan pandangan
gereja tertentu yang menganggap karunia berbahasa rohlah yang paling penting
untuk didapatkan.
Banyak
ditemukan jemaat yang tak berkomunitas tetap di gerejanya, setelah minggu kedua
mungkin sudah
tak ada lagi. Banyak jemaat yang berpindah-pindah gereja dengan alasan karena
saat beribadah ia tak merasakan kehadiran Roh kudus yang adalah sumber dari karuna tersebut.
Akhirnya, banyak orang percaya yang membuat standar gereja yang penuh Roh kudus
adalah dengan melihat banyaknya karunia yang ada didalamnya. Salah satu karunia
yang paling terlihat, adalah karunia
bahasa Roh atau bahasa lidah. Semakin banyak jemaat yang mampu berbahasa Roh
saat proses beribadah maka dapat dikatakan semakin banyak Roh kudus yang
tercurah di gereja tersebut.
Karunia
berbahasa roh
adalah topik
yang menarik bagi penulis
karena sejauh ini
penulis melihat banyak kasus serupa yang terjadi di gereja saat ini. Begitu
banyak pertanyaan yang muncul di pikiran penulis , Apakah semua orang percaya harus memiliki karunia
berbahasa roh ? lalu sebenarnya apa tujuan dan manfaat memiliki karunia
berbahasa roh ? Semua ini akan penulis jelaskan pada isi.
BAB II
ISI
Dalam Perjanjian Baru,
bahasa roh berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “glossa” yang berarti
lidah, organ tubuh yang digunakan untuk berbicara, dan kata kerja “laleo” yang
berarti berbicara, berkata, mengeluarkan suara dari mulut. Kedua kata Yunani
ini diartikan menjadi “glossolalia” yang artinya bahasa lidah. Jadi, penggunaan
istilah “bahasa roh” kurang tepat untuk digunakan secara luas. Namun demikian
dalam penulisan makalah ini, penulis tetap menggunakan istilah bahasa roh atau
bahasa lidah dimana dalam penggunaan istilah ini maksud penulis adalah untuk
menunjuk kepada istilah yang sama dengan pengertian “Glossolalia”.
Sedangkan untuk menjawab
pertanyaan “ apakah semua dari kita harus mampu berbahasa roh ”, ini merupakan
pandangan yang kurang tepat. Pandangan yang menyatakan bahwa semua orang harus
berbahasa roh muncul sebagai akibat dari pandangan yang mengajarkan bahwa
bahasa roh merupakan tanda mutlak dibaptis Roh Kudus. Pandangan atau pengajaran
tersebut telah menjadikan karunia bahasa roh menjadi karunia roh yang menduduki
tempat utama dari karunia-karunia roh lainnya. Di dalam kitab Roma 12, 1
Korintus 12 dan Efesus 4 Rasul Paulus menyamakan gereja dengan tubuh manusia. Sebagaimana
setiap anggota tubuh jasmani kita telah ditempatkan pada tempat masing-masing
dengan fungsi yang khusus dan berbeda-beda, demikianlah orang-orang percaya di
dalam tubuh Kristus, masing-masing telah ditetapkan dengan pemberian karunia
dan sesuai dengan tugasnya. Menurut Erickson, roh Kudus membagi-bagikan
karunia-karunia roh itu atas inisiatif dan kedaulatanNya sedemikian rupa
sehingga setiap orang orang percaya menerima paling sedikit satu karunia.
Dari materi yang penulis
baca Billy
Graham menyatakan bahwa dalam pemberian karunia roh kepada orang percaya, Roh
Kudus memilih siapa yang mendapatkan karunia apa. Ia menyalurkan
karunia-karunia itu menurut kesukaanNya. Jadi, kita harus mempertanggungjawabkan karunia yang telah diberikan
kepada Allah. Kita
boleh mengharapkan untuk memperoleh karunia tertentu dari Roh Kudus tetapi kembali lagi kepada kehendak Roh Kudus.
Karunia yang kita miliki adalah karunia yang diberikan Allah yang dilihatNya
cocok untuk diberikan kepada kita. Kita seharusnya menggali dan mengembangkan
karunia yang diberikan kepada kita untuk kita gunakan demi kemuliaan Kristus.
Karunia
roh yang disediakan oleh Allah bagi orang
percaya
yang memiliki
manfaat tentunya.
Pentingnya
karunia-karunia rohani dalam kehidupan terlihat pada kesaksian, pelayanan jemaat, dan tidak terbatas hanya bagi diri
orang yang memiliki karunia rohani itu sendiri. Hal ini tentu berlaku pula bagi
penggunaan karunia bahasa roh (Glossolalia), jadi berdasarkan uraian-uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa bahasa roh itu berguna untuk diri kita sendiri dan juga bagi
orang lain. Namun yang perlu diperhatikan adalah sesuai penyataan Rasul Paulus
bahwa tujuan pernyataan Roh kepada tiap-tiap orang adalah untuk kepentingan
bersama 1 Korintus 12:7 maka karunia apapun yang kita miliki termasuk karunia
berbahasa roh, harus kita pergunakan sedemikian rupa sehingga orang lain dapat
merasakan manfaatnya baik secara langsung atau tidak langsung.
Lalu untuk menanggapi Paulus
dalam 1 Korintus 14:5 bahwa orang
yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa
roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga jemaat dapat
dibangun, tidaklah dimaksudkan bahwa karunia bahasa roh itu
tidak ada artinya. Tetapi
disini, Paulus
hendak menyampaikan bahwa orang percaya yang memiliki karunia bahasa roh tetapi
tidak memiliki dampak apa-apa kepada orang lain akan membuat dirinya tidak berharga bagi
Kerajaan Allah. Jadi setiap
orang yang dipanggil menjadi orang yang percaya adalah orang yang dipanggil
bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk menjadi saksi Kristus bagi
orang-orang lain. Karena itu karunia bahasa roh pastilah penting, tetapi
menjadi tidak berguna jika tidak punya dampak yang dapat memuliakan Allah,
terutama bagi Tubuh Kristus. Ketika semua anggota tubuh Kristus dapat
menggunakan karunia-karunia rohaninya masing-masing maka hal ini akan membawa
dampak yang luar biasa bagi pertumbuhan gereja Tuhan.
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan
uraian-uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa Allah memberikan kepada orang percaya karunia-karunia roh yang
berbeda-beda sesuai dengan maksud Allah di dalam hidup kita. karunia bahasa roh yaitu sebagai
kemampuan istimewa yang diberikan oleh Allah kepada anggota dalam tubuh
Kristus, dimana implikasinya atas pernyataan ini adalah tidak semua orang
percaya harus memiliki karunia yang sama dan itu berarti pula tidak semua kita
harus sama-sama berbahasa roh, karena Roh Kudus memberikannya kepada orang
percaya yang menurut Roh Kudus mereka memang memerlukannya untuk melengkapi
tugas dan panggilan mereka di dalam tubuh Kristus.
REFERENSI
Erickson, M. J. (2004).
Teologi Kristen. Surabaya: Gandum Mas.
Guthrie, D. (2006). Teologi
Perjanjian Baru 2 : Misi Kristus, Roh Kudus, Kehidupan Kristen. Jakarta:
Gunung Mulia.
Tong, S. (1996). Baptisan
dan Karunia Roh Kudus. Surabaya: Momentum.
Tong, S. (2007). Dinamika
Hidup dalam Pimpinan Roh Kudus. Surabaya: Momentum.
Tong, S. (2011). Roh
Kudus, Doa, dan Kesebangunan. Surabaya: Momentum.
http://truth-seeker-id.blogspot.com/2009/02/karunia-penyembuhan-dan-bahasa-roh_25.html
http://www.golgotaministry.org/bahasaroh.htm
http://gotquestions.org/indonesia/Pertanyaan-Roh-Kudus.html
Komentar