Jurnal Review Apologetika Kristen


Apologetika Kristen : Tanggung Jawab Semua Anak Tuhan.
Oleh Rahmiati Tanudjaja

Introduction :

Apologetika berasal dari kata Yunani apologi yang berarti berbicara untuk, mempertahankan atau memberikan jawaban. Arti dari apologetika itu sendiri adalah sebuah studi untuk mempelajari bagaimana melaksanakan pertanggung jawab, mempertahankan atau memberikan jawaban dari apa yang ia yakini dengan efektif. Sedangkan apologetika Kristen adalah: pertama, apologetika yang lebih menekankan pada filsafat Kristen, dimana merupakan usaha untuk mempertahankan filsafat Kristen dalam menghadapi berbagai bentuk filsafat non- Kristen, atau mempertahankan wawasan dunia Kristen secara keseluruhan. Kedua, apologetika Kristen dipahami sebagai usaha menyajikan bukti untuk membuktikan bahwa apa yang dikatakan Kitab Suci adalah benar.  Dikemukan oleh R.C. Sproul bahwa apologetika Kristen ini sebagai usaha untuk menjelaskan kepada orang lain apa yang saya percaya dan mengapa saya mempercayainya.
Penulis menekankan bahwa tugas berapologetika adalah tugas setiap orang Kristen.  Kenyataan yang ada bahwa tidak semua orang bahkan mampu berapologetika, semua itu dikarenakan satu hal bahwa setiap orang percaya yang telah diselamatkan tidak ingin mengetahui lebih banyak tentang isi firman Tuhan. Seharusnya adalah setiap kita yang telah diselamatkan perlu membaca lagi mencari tahu seandainya menemukan hal yang cukup sulit kemudian dapat dibantu para rohaniwan agar terbentuklah orang Kristen yang profesional. (Kol. 3: 16a).
Orang Kristen yang berapologetika seharusnya karena hati tertuju kepada Kristus, dalam  hal ini sebagai bentuk kasihNya kepada Kristus yang telah menyelamatkan hidupnya. Mengasihi Kristus adalah tidaklah sembarangan karena perlu berlaku dengan caraNya Kristus, mengetahui cara tersebut adalah dengan membaca Firma Tuhan dan mengetahuinya. Kemudian mengasihi Kristus bukanlah dengan mental upahan melainkan karena ingin menyenangkan hatiNya dan mempermuliakan namaNya.
Satu hal penting yang dideskripsikan penulis adalah tentang orang Kristen yang berapologetika seharusnya tidak hanya mampu membungkam orang lain, melainkan lebih dari pada itu adalah untuk menyampaikan kasih Tuhan dan rencanaNya yang indah. Memberikan pertanggung jawab kepada setiap orang tidak selalu harus dalam percakapan tetapi juga melalui pola hidup, pikiran, perilaku, perkataan serta karakter orang yang berapologetika. Dalam hal ini setiap aspek tadi bahkan mampu menjawab pertanyaan dari setiap orang yang melihat keidupanny dari lingkungan ia berinteraksi. Dengan kata lain, ia harus menjadi garam dan terang dimana pun juga. (Mat. 5: 13- 16).

Reflection:

Balaam’s Donkey
Melihat setiap aspek yang telah dijabarkan oleh penulis, saya merasa diri ini masih dikategorikan orang awam. Sebelum menjawab pertanyaan  ini perenungan singkat sudah saya lakukan sebelum menyatakan  diri sebagai orang yang masih awam. Pemberitaan injil yang selama ini di dengar oleh para rohaniwan  bahkan pembelajaran sistematik teologi yang dipelajari seharusnya mampu membentuk pemahaman saya menjadi profesional tetapi hal ini belum mampu menjadi modal. Mengapa seperti itu, karena orang Kristen profesional lebih dari seorang pendengar tetapi bagaimana kembali melakukan pendalaman akan firman Tuhan dalam kehidupannya.
Lalu apakah  mungkin Tuhan  mengandalkan pribadi ini untuk bertanggungjawab. Tidak terlepas dari pernyataan awal bahwa pemahaman  saya  akan firmanNya masih dikatakan kurang, ditambah dengan pengaplikasian  nilai- nilai kristiani yang belum terlaksana.  Saya percaya bahwa untuk saat ini masih banyak kekurangan dalam banyak sisi tetapi kedaulatan itu sendiri ada ditanganNya, apabila pada sebuah situasi pun diperhadapkan, maka saya tahu Tuhan akan  mampukan. Sama halnya dengan Keledai balaam yang dikategorikan tak mampu diantara berbagai hewan dan dikatakan “Bodoh”, tetapi kalau Tuhan yang mau pakai untuk kemuliaan namaNya kembali pada kehendakNya. Saya pun tidak lupa untuk tetap tekun belajar hingga garis akhir seperti kata Paulus : “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2 Timotius 4: 7).
Selanjutnya apakah  saya rela mati bagi Kristus. Sejauh ini yang menjadi keputusan mengapa saya masih berpikir dua kali untuk  hidup dan mati  bagi Tuhan, adalah karena self centered. Memandang bahwa seharusnya, Tuhan memilih orang lain saja. Saya sangat memfokuskan diri untuk melihat keluarga dan  ingin mencukupi mereka, apabila saya hidup dan mati untuk Tuhan lalu mereka akan dibawa kemana. Motivasi hidup saya masih salah, saya yang terlalu mengasihi keluarga melebihi Tuhan. Langkah  yang akan saya ambil untuk menghadapi hal ini adalah kembali menyadarkan diri sendiri bahwa,  diri ini sebenarnya diciptakan bukan untuk menyenangkan hati manusia melainkan untuk menyenangkan hati Tuhan. Saya harus mengasihiNya sebagai yang terutama dan menjadikanNya motivasi hidup, bahkan apabila dinyatakan harus mati hari ini untukNya maka dapat disimpulkan “Iya, saya siap untuk itu”. “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1: 21).

Conclusion

Apologetika bukanlah sebuah hal yang diharuskan, ataupun dibatasi hanya untuk pribadi- pribadi tertentu. Apologetika adalah bentuk pertanggungjawaban kita, orang Kristen kepada Allah sendiri.. Memberikan pemahaman yang tepat kepada orang lain dan menceritakan kasih Allah Bapa adalah yang terpenting. Tetapi untuk menjadi orang Kristen yang mampu berapologetika bukanlah sembarangan,  melainkan memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap Firman Tuhan. Pilihan ada ditangan setiap kita, orang Kristen adalah untuk menjadi orang awam yang mungkin hanya mengetahui akan kulit luar Firman Tuhan ataukah menjadi pribadi yang profesional. Beberapa langkah praktis yang dikemukakan oleh penulis adalah dengan memutusakan waktu membaca Kitab Suci secara keseluruhan dengan konsentrasi penuh, dalam hal ini lebih intens dari sebelumnya. Membuat catatan tentang topik atau garis besar peristiwa yang dibaca, kemudian mau bersedia ditegur oleh Firman Tuhan. Pastinya tidak semua hal mampu dipahami, maka dari itu diperlukan saudara seiman untuk membantu mencari jawaban bersama dengan pertolongan Tuhan. Pada akhrinya bersikap kritis dan mempertanyakan banyak hal kemudian mencari tahu arti dari setiap khotbah yang  akan didengar di setiap kegiatan peribadatan.


Alamat Jurnal dapat di check di :

Komentar