ADOPSI PEMIKIRAN TIGA AHLI HEBAT DAN PENERAPANNYA PADA KELAS VII SMP MATA PELAJARAN IPS TERPADU


TEORI BROTWARD :
ADOPSI PEMIKIRAN TIGA AHLI HEBAT DAN PENERAPANNYA PADA KELAS VII SMP MATA PELAJARAN IPS TERPADU



Oleh:

Whitney Mega Priskila Talahatu

NIM: 01669210026



Hampir 10 tahun saya mengabdikan diri sebagai seorang tenaga pendidik. Sedari kecil saya sudah memiliki ketertarikan dalam bidang ini dan selalu memiliki keinginan untuk mampu menjadi saluran berkat bagi setiap siswa yang akan Tuhan tempatkan di kelas yang diampu. Dari tulisan ini saya akan menceritakan salah satu pengalam mengajar di kelas ilmu pengetahuan sosial ( IPS ) kelas 7 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Setelah saya merenungkan tulisan ini ternyata adopsi teori sudah pernah dikerjakan di kelas. Saya bersyukur mengambil keputusan baik dengan tetap belajar di tengah kesibukan mengajar. Mengikuti presentasi dan penjelasan dosen membuat saya lebih terbuka menerima pemikiran baru dan menyempurnakan eksperimen lama di kelas saat mengajar.

Setalah saya identifikasi dan menganalisis, maka muncullah tiga  teori yang dapat digabungkan menjadi satu untuk pembelajaran tahun 2017 lalu. Semoga dengan proses menulis ini dapat saya sempurnakan dan diaplikasikan lagi untuk siswa kelas tujuh pada tahun 2022 nanti. Sedikit latar belakang mengenai kelas tujuh yang mengikuti pembelajaran ilmu pengetahuan sosial terpadu. Mereka secara keseluruhan tidak menyukai kegitan pembelajaran yang didikte dan menghapalkan banyak materi. Guru yang mencekoki siswa dengan materi hapalan yang begitu banyak akan mengakibatkan motivasi belajarnya menurun. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Iswahyuni, 2021 menemukan bahwa “ motivasi belajar siswa di salah satu SMP Negeri menurun karena faktor internal yang menganggap materi IPS terpadu sejarah yang tidak penting bagi masa depannya hingga mempengaruhi penurunan prestasi serta hasil belajarnya”.Maka dari itu saya terpikirkan untuk menggabungkan antara : Teori Brunner, Teori Vygotsky dan Teori Howard Gardner. Ke depannya akan saya singkat teori ini dengan sebutan Brotward karena menggabungkan nama ketiga ahli teori belajar ini.

Teori pertama yang perlu diadopsi adalah pemikiran Bruner yang menyatakan,  “belajar pada dasarnya merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Terdapat tiga hal, yaitu: a) proses memperoleh informasi baru. b) proses mentransformasikan informasi yang diterima. c) menguji atau mengevaluasi relevansi dan ketepatan pengetahuan”. (Sutarto, 2021, Desember 4). Kemudian tahapan proses belajar menurut bruner adalah : a) tahap enaktif, siswa melakukan tindakan, b) tahap ikonik, siswa merangkum bayangan visual dan c) tahap simbolik, siswa memanipulasi simbol- simbol. (Taliak,J.2020)

Teori kedua yang perlu diadopsi dari pemikiran Vygostsky adalah, “Interaksi sosial terhadap pengalaman- pengalaman sosiokultural yang menyebabkan perkembangan mental anak lebih matang. Anak mampu mempelajari sendiri melalui pengalaman sehari- hari. Perkembangan mental anak juga jauh lebih cepat berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini yang dimaksud Zone Proxinal Development. ( Hapudin,S. 2021 )

Teori ketiga yang perlu diadopsi dari pemikiran Gardner adalah “Kecerdasan setiap orang berbeda- beda dan sedikitnya ada tujuh aspek : a) Linguistik: kemampuan untuk menggunakan kata- kata yang diucapkan atau dituliskan, b) Logis- Matematis, kemampaun berpikir dan penalaran induktif dan deduktif, logika serta penggunaan angka dan pola abstrak, c) visual- spasial : kemampuan untuk memvisualisasikan mental objek dan ruang dimensi, d) tubuh kinestetik: kebijaksanaan tubuh dan kemampuan untuk mengendalikan gerak fisik, e) musik-berirama: kemampuan untuk menguasai music serta irama, nada dan ketukan, d) interpersonal: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dan untuk mengembangkan hubungan, e) interpersonal, kemampuan untuk memahami emosi sendiri, motivasi, keadaan batin dan refleksi diri, f) kinestetik: kemampuan seorang manusia dalam menggunakan anggota tubuh serta fisiknya dalam suatu kegiatan mengungkapkan ide dan perasaan, keterampilan serta membuat sesuatu, g) naturalis: sebuah kecerdasan yang dipunyai oleh seorang manusia, berkaitan mengenai menangkap suatu pola dan melihat hubungan- hubungan antara unsur- unsur yang ada di alam. (Wibowo, H. 2012 )

Teori Brotward ini dapat diterapkan saat pembelajaran dimasa laring dan daring pada proyek kelas Sejarah. Dalam pengalaman saya sendiri, untuk proses penerapannya pada materi masa praaksara di Indonesia : Siswa dapat dibagi di dalam kelompok berdasarkan hasil identifikasi guru mengenai kecerdasan majemuknya. Kemudian, Siswa akan diberikan waktu menonton sebuah film menarik yaitu, Cast away. Film ini menggambarkan secara tersirat cara manusia bertahan hidup tanpa moderesnisasi. Siswa diminta untuk mengelolahnya dalam sebuah lembar kerja yang sudah guru sediakan berupa pembabakan pola perilaku aktor yang mewakili perliku belajar abstrak manusia masa praaksara agar dapat mencukupi kebutuhan dasarnya. Siswa yang sudah berada di dalam kelompok dapat saling berdiskusi dan melengkapi lembar kerja yang ada. Setelah kegiatan belajar siswa (enaktif dan simbolik), guru memberikan konfirmasi pemahaman sebenarnya tentang masa praaksara, cara manusia bertahan hidup dan cara memenuhi kebutuhan mendasarnya. Siswa yang sudah mendapatkan pemahaman menyeluruh ini memperbaiki pekerjaannya, kemudian memikirkan bentuk presentasi proyek empat pembabakan manusia.

Pembelajaran akan diakhiri dengan siswa berdiskusi cara terbaiknya dalam mempresentasikan proyek ini. Siswa yang cerdas dalam kinestetik dapat membuat sebuah role play, mereka yang cerdas dalam bermusik dapat membuat sebuah syair lagu berisi materi dan mempergunakan ukulele untuk bernyanyi di depan kelas. Mereka yang cerdas dalam interpersonal dapat membuat sebuah refleksi berpikir tentang materi dan di kumpulkan agar di baca seluruh kelas.

Setelah menerapkannya, saya sebagai guru menyimpulkan bahwa pengajar perlu mempersiapakan segala sesuatunya dengan baik. Dalam hal pembentukan kelompok, guru harus mampu membagi kelompok siswa sesuai kecerdasannya dengan hasil pengamatan dan penilaian komperhensi ;  dapat meminta penilaian teman sejawat yang mengampu mata pelajaran lain, membuat survei lebih awal tentang kecerdasan siswa dengan mengedarkan form, dan sebaiknya, guru menerapkan pembelajaran ini di semester 2 karena proses pengenalan sudah lebih tergambar. dan mengurangi kekeliruan, seperti siswa masuk ke kelompok yang tidak sesuai. Selanjutnya, Guru harus melakukan proses pendampingan deengan memberikan motivasi agar siswa mau berdiskusi, mengisi pemahaman satu sama yang lain. Guru juga harus bekerja lebih ekstra karena perlu membuat rubrik penilaian yang berbeda tergantung hasil kelompok. Hal yang menyegarkan hati saya di tengah pengerjaan administrasi yang begitu banyak, saat saya bertemu dengan salah satu siswa yang dulu belajar di kelas. Ia  sudah berada di bangu SMA. Saat saya tanyakan kembali, ternyata dia masih mengingat materi dan kegiatan belajar menarik di kelas sejarah di tahun 2017 silam. Semoga setiap guru tetap mampu bertahan dalam pelayanannya dan terus menimbah ilmu untuk mendidik generasi muda agar mereka memperoleh Enduring Understanding itu sendiri.



REFERENSI: :

Hapudinm, S. Muhamad. (2021). Teori Belajar dan Pembelajaran: Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan Efektif. Kencana. Indonesia

Iswahyuni. (2021, Desember 4). Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi belajar IPS Siswa SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa. http://eprints.unm.ac.id/4429/1/SKRIPSI.pdf

Sutarto. (2021, Desember 4). Teori Kognitif dan Implikasinya Dalam Pembelajaran, http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/JBK/article/view/331/pdf

Taliak, J (2020). Teori dan Model Pembelajaran.Adab: Indramayu

Wibowo, H. (2012). Teori-Teori Belajar dan Model- Model Pembelajaran. Perpustakan Nasional: Katalog dalam Terbitan :Jakarta

 

 

 

Komentar