ARTIKEL
ILMIAH
LEARNING MANAGEMENT SYSTEM DALAM
DUNIA PENDIDIKAN
Nama : Whitney Mega Priskiala Talahatu
NIM : 01669210026 – 47B
Latar
Belakang
Pandemi yang
terjadi sejak tahun 2019 hingga saat ini membuat sistem pembelajaran berubah total
dari yang diterapkan sebelumnya. Konsep belajar di ruangan yang sama dan
melakukan tatap muka digantikan dengan pembelajaran online, untuk
peserta didik dikenal sebagai pembelajaran jarak jauh (PJJ) sedangkan untuk pengajar
dan staf dikenal dengan work from home (WFH). Perubahan dan perkembangan
sistem pembelajaran ini menuntut semua pihak melakukan kreativitas yang
mendalam untuk semua bidang kehidupan, terkhususnya bidang pedagogi. Setiap
pihak yang terlibat di dalamnya adalah pemerintah, yayasan, pendidik, peserta
didik dan orang tua. Perlu untuk memanfaatkan teknologi seperti komputer,
jaringan dan juga internet dengan sebaik mungkin. Setelah diperhatikan
perubahan sistem pembelajaran dengan penggunaan teknologi mengundang beberapa
tantangan di dalamnya, yaitu : keterbatasan pengetahuan, ketidaksiapan peserta
didik, pengajar dan orang tua, peserta didik tidak dapat dikontrol secara
langsung sehingga prestasi belajar menurun.
Sejarah
Pembelajaran Jarak Jauh
Menilik lebih lagi,
mempergunakan teknologi dalam pembelajaran bukan hal baru karena Universitas
Terbuka (UT) juga sudah menggunakan media, baik cetak seperti modul maupun
non-cetak; audio, video, siaran radio hingga siaran televisi sedari dulu. Jadi tidak
ada alasan, pendidikan di masa kini tidak mampu menerapkannya. Florida
National University menuliskan pada Oktober 2019
di lamannya, bahwa: “sejarah fleksibilitas pembelajaran jarak jauh sudah
berlangsung sejak 1728, Caleb Philips sudah memulai metode korespondensi,
dilanjutkan oleh Isaac pitman, tahun 1906 di universitas Wisconsin
mempergunakan phonograph form sebagai proses merekam dan mengirimkan
materi kepada mahasiswa, berlanjut terus hingga di tahun 1969 sudah dikenal
radio, televisi dan cara menyampaikan materi atau konten broadcasting
yang baik. Hingga sekarang ini pengenalan akan komputer terus diperlengkapi,
dan muncullah jaringan internet yang membantu proses kontribusi dengan
kecepatan cahaya.
Kajian
Teoritis
Pada kenyataannya, banyak pengajar yang mempergunakan media sosial
seperti whatsapp, youtube, instagram dan tik tok
untuk mengirimkan materi dan menyimpan data pembelajaran. Sangat terlihat
ketidaksesuaian fungsi dari media sosial itu sendiri. Pada dasarnya media
sosial bukan platform untuk melangsungkan kegiatan belajar mengajar (KBM). Di beberapa
sekolah sudah memberikan pengenalan untuk melakukan KBM dan menyimpan data pada
platform Google dan Microsoft sehingga membantu pengawasan dan
terstruktur dalam penilaian. Platform ini dikenal dengan istilah Learning
Management System (LMS).
Mysch.id pada Oktober 2020 di lamannya menyampaikan bahwa; “Learning
management system (LMS) adalah sistem yang menangani manajemen pembelajaran
seperti identifikasi, penilain, pelacakan kemajuan, dan pencatatan tugas umum
seperti tugas pribadi. Berdasarkan fungsi atau kegunaanya LMS dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu LMS for School, LMS for Retail dan LMS for
Corporate ”. TalentIms.com pada Mei 2021 di lamanya juga menjelaskan
beberapa fitur yang sifatnya fungsional pada beberapa aplikasi LMS:
1.
GUI, atau salah satu user
interface yang mudah digunakan dan dipahami. Sebagian besar LMS menawarkan
opsi peenyesuaian untuk antarmuka yang meemungkinkan pengguna mendapatkan citra
rasa unik pada platform pembelajarannya, Meskipun GUI ada untuk membuat platfrom
terlihat lebih estetis tetapi ini sangat penting.
2.
Kustomisasi yang ditawarkan
sesuai kebutuhan pengguna.opsi bahasa, pengaturan notifikasi dan fitur penting
lainnya dapat diubah agar sesuai dengan cara kerja LMS yang pengguuna inginkan.
Ini baik karena LMS dapat digunakan berbagai jenis pengguna sesuai dengan
preferensi masing- masing.
3.
Sistem pendaftaran juga
memudahkan pengguna untuk mendaftar secara online dan melacak detail aktivitas,
kemajuan kursus, dan hasil tesnya kapan dan dimana saja. Pengguna juga
dimungkinkan untuk membayar lewat tautan yang sudah disediakan jika memerlukan
kelas tambahan.
4.
Kelas virtual juga disediakan
dengan papan tulis untuk sesi kelas virtual dan membantu pengguna menjadwalkan
sesi juga. Jadi kita dapat mengirimkan undangan atau pengingat untuk sesi kelas
dan berintegrasi dengan sistem kalender online.
5.
LMS juga membantu komunikasi
dengan pengguna lain. Kita dapat mengirimkan email massal ke semua orang, pengajar
ke peserta didik secara individu.Kita juga dapat memberi info kepada peserta
didik tentang tes yang akan datang atau sei kelas virtual. LMS dapat memberi
kita ruang obrolan atau forum yang dapat digunakan oleh kita.
6.
Pelaporan yang tercatat rapi
dan dapat dimanfaatkan hasilnya, yang mana dapat kita ekspor ke excel dan juga
menawarkan representasi grafis dari data kita untuk memudahkan pemahaman akan
suatu hal.
7.
Contect Maker, kita sebagai pengguna yang sudah mendapatkan pemahaman
mengenai LMS dapat mempergunakan setiap fitur dengan baik agar menarik
perhatian peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran.
8.
Penilaian, bagian penting
dari pembelajaran jarak jauh selalu membutuhkan penilaian yang dapat diikuti
setiap peserta didik dan pengajar juga dapat menyampaikan ekspektasinya berupa
rubrik serta diberikan feedback. Beberapa tes yang dapat dipersiapkan di
antaranya, pilihan ganda, essai dan checklist. Beberapa LMS juga membuat test
lebih menarik dengan disediakan animasi, audio visual yang menarik.”
Dalam hal ini, kita
perlu mengenal ciri- ciri LMS, di antaranya; menggunakan self service dan
self guided, mampu mengumpulkan dan menyampaikan konten atau bahan ajar
dengan cepat, menggabungkan program pelatihan pada platform web dan
mendukung suatu potabilitas dan suatu standar personalisasi isi dan juga
penggunaan kembali pengetahuan. Kominfo pada lamannya yang ditulis maret 2015
menyatakan terdapat dua belas LMS yang dicatat terbaik dalam membantu
pembelajaran diantaranya : Moodle, Google Classroom, Schoology, Edmodo,
Udemy dan Sevima Edlink. Selanjutnya akan dijabarkan tiga LMS yang sering
penulis pergunakan saat pembelajaran jarak jauh ini :
1.
“Google Classroom adalah
platform yang dirancang secara gratis untuk peserta didik, pengajar dan dapat
digunakan untuk mengunduh bahan bacaan, baik itu pembelajaran tatap muka ataupun
pembelajaran online (E-Learning) yang dibuat oleh Google”(Alfina, 2020).
2.
Schoology merupakan situs LMS
sekolah untuk membantu pengajar dengan banyak fitur yang menarik dengan
tampilan visual serta menyimpan banyak buku penilaian online, absensi dan
pencatatan.
3.
“Moodle merupakan sebuah layanan yang berbasis
web yang memberikan bantuan dalam kegiatan pembelajaran secara online. Arti
nama dari Moodle sendiri ialah Modular Object-Oriented Dynamic Learning
Environment yang dapat dikatakan sebagai tempat belajar yang dinamis dengan
menggunakan model dan berorientasi objek”(Nursahana, 2020).
Pandangan Penulis terhadap LMS
LPMP Jatim pada April 2020 dalam penelitiannya menyatakan
bahwa; Whatsapp paling digemari diikuti rumah belajar, google education,
microsoft office, ruang guru, edmodo hingga platform lainnya yang
dikembangkan sendiri oleh sekolah diantaranya; zoom cloud meeting, that
quiz, schoology, kahoot, zenius, candy CBT dan
lainnya. Penulis akan menjabarkan sesuai pengalaman beberapa tahun ini
mempergunakan LMS. Kelebihan dan kekurangan LMS yang terlihat nyata di
antaranya:
1.
Kelebihan :
a. Peserta didik tidak akan
merasa tertinggal materi, karena pengajar menyediakan materi di LMS dan dapat
diakses. Seperti: modul, video sesi asinkronus dan power point yang
dipergunakan sebagai media pembelajaran.
b.
Menghemat pengeluaran untuk
peserta didik dan pengajar karena tidak perlu mencetak materi atau soal
tes.
c. Kegiatan pembelajaran lebih
efektif dan efisien karena dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja,
khususnya untuk sesi asinkronus.
d.
Pengajar jelas akan
disituasikan untuk lebih kreatif maka materi pembelajaran juga tidak
membosankan.
e. Memudahkan pengajar dalam
mengelolah data dan hasil penilaian tersimpan dalam data LMS yang dapat di
akses sewaktu- waktu.
2. Kekurangan :
a. LMS ini sangat bergantung
pada jaringan internet. Jika terjadi sebuah masalah pada lokasi tempat pengguna
maka pembelajaran tidak akan tersampaikan dengan baik.
b.
Interaksi sosial antara
peserta didik dan pengajar akan berkurang.
c.
Berpengaruh pada kesehatan,
yaitu mata karena terpapar radiasi lebih lama.
d. Peserta didik yang diminta
untuk mengerjakan tugas sendiri saat sesi asinkronus tanpa pengawasan pengajar
masih susah mengatur waktu, sehingga banyak tugas yang menumpuk.
Dengan
pemamparan kelebihan dan kekurangan LMS yang pernah dipergunakan, penulis perlu
menjabarkan beberapa solusi yang dapat ditawarkan kepada pengguna LMS (pengajar
dan peserta didik) agar mampu meminimalisir kekurangan yang ada, di antaranya:
1.
Pengajar dapat menyiapkan
konten pembelajaran yang sesuai dengan capaian dan waktu yang logis. Tidak
memberikan video lebih dari 15 menit, memikirkan dengan matang tugas yang
diberikan kepada peserta didik dapat dikerjakan tanpa pendampingan atau tidak.
2.
Pengajar dapat mengusahakan
perbanyak memberikan soal tes yang mengandung analisis teori atau materi.
3.
Pengajar menyediakan contoh
nyata dari praktik yang akan ditugaskan, agar peserta didik mengetahui betul hasil
yang diharapkan.
4.
Desain pembelajaran yang
selama ini hanya bergantung pada pencarian data di internet, perlu diselingi
dengan sumber belajar di lingkungan atau alam sekitar.
5.
Pengajar perlu menyediakan
ruang untuk terciptanya interaksi setiap individu saat pertemuan dengan LMS.
Permainan interaktif mampu membangun suasana berbeda agar tidak monoton.
6.
Peserta didik perlu diajarkan
cara mengatur waktu dengan baik. Membangun motivasi diri agar mampu bertanggung
jawab dalam pembelajaran jarak jauh masa ini.
Kesimpulan
Kesimpulan dari tulisan ini sebagai pembelajaran yang dapat dipetik penulis , yaitu: LMS sangat berpengaruh pada ketercapaian pendidikan masa ini. Memanfaatkannya dengan maksimal akan membuahkan hasil yang baik. Maka institusi perlu mempertimbangkan sumber daya yang ada di sekolah, dengan memberikan pelatihan kepada guru dan staf, menyediakan jaringan internet yang baik pengajar khususnya. Ketika LMS sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna (pengajar dan peserta didik), hal lainnya harus mengikuti. Kita perlu memikirkan konsep dari materi yang tersedia pada aplikasi. Kita sebagai pengguna juga harus menyajikan informasi materi dalam bentuk visual maupun audio visual.
REFERENSI
:
Alfina,
O.(2020). Penerapan Lms-Google Classroom Dalam
Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid-19. Majalah
Ilmiah Methoda. Di akses pada 11 desember 2021 di https://ejurnal.methodist.ac.id/index.php/methoda/article/view/115
Admin,
MySCH. (2021). Jenis- Jenis Learning Management System yang banyak beredar
di Internet. Diakses pada 7 desember 2021 di https://www.mysch.id/v2/blog/detail/84/jenis-jenis-learning-management-system/
Admin,
TalentLMS (2020). What is a LMS? Diakses pada 7 desember 2021 di https://www.talentlms.com/elearning/what-is-a-lms
Admin,
FNU (2019).The Evolution of Distance Learning. Diakses pada 8 desember
2021 di https://www.fnu.edu/evolution-distance-learning/#:~:text=Some%20sources%20trace%20distance%20learning%20as%20far%20back,education%20grew%20without%20bounds%2C%20and%20swept%20across%20countries.
Nugroho,
E. (2015). 12 Free/ Open Source Learning Management System (LMS) terbaik.
Diakses pada 9 desember 2021 di https://bpptik.kominfo.go.id/2015/03/10/857/12-free-open-source-learning-management-system-lms-terbaik/#:~:text=1.%20MOODLE%20%28http%3A%2F%2Fmoodle.org%29%20adalah%20aplikasi%20web%20gratis%20bagi,LMS%20open%20source%20sehingga%20terus-menerus%20ditingkatkan%20dan%20dikembangkan.
Nurshusna, N. (2020). Google Classroom sebagai Media
Pembelajaran pada Mata Kuliah Teks Bahasa Indonesia. Seminar Nasional
Pendidikan Bahasa Dan Sastra. Di akses pada 9 desember 2021 di https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/article/view/13411
Komentar